+62 811-258-168 noto.djogja@gmail.com

Mengenal beberapa nama jalan di Jogja maupun di kota-kota lainnya merupakan salah satu kemampuan atau pengetahuan dasar yang sebaiknya Anda miliki. Kemampuan atau pengetahuan mengenai beberapaa nama jalan penting pada sebuah kota tentu bisa sangat membantu Anda dalam mengenali rute dengan lebih muda.

Tidak semua jalan perlu Anda ketahui. Cukup beberapa jalan yang memang populer dan memiliki peranan cukup penting dalam mengenali rute-rute utama sebuah kota. Terlebih jika Anda melakukan perjalanan mandiri atau backpacker seperti wisata, survei dan semisalnya.

Selain penting untuk mengetahui nama-nama jalan utama pada sebuah kota, perlu juga mengetahui perkembangan yang ada seputar rute dan tata letak. Termasuk dalam hal ini adalah perkembangan perubahan nama jalan. Hal ini terkadang terjadi dalam beberapa kasus jika memang dianggap perlu oleh kepala daerah setempat. Seperti yang terjadi pada beberapa nama jalan di Jogjakarta berikut.

Perubahan Nama Jalan Utama Jogja

Terdapat setidaknya tiga ruas jalan utama di Kota Yogyakarta saat ini yang sempat menngalami perubahan nama. Tiga jalan yang dimaksud adalah Jalan Trikora, Ahmad Yani, dan Pangeran Mangkubumi. Ketiga nama jalan tersebut kemudian dikembalikan pada nama aslinya. Yang tidak lain adalah Jalan Pengurakan, Jalan Margomulyo, dan juga jalan Margoutomo.

Peresmian terkait dengan adanya perubahan jalan tersebut ditandai dengan adanya pembukaan bersama pada papan selubung nama jalan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono X. Di ketiga ruas jalan tersebut kini terdapat papan nama jalan baru oleh jasa papan nama Jogja dengan masih menyertakan nama jalan sebelumnya.

Jalan Pengurakan

Jalan Pengurakan. Sumber : teamtouring.net
Jalan Pengurakan. Sumber : teamtouring.net

Sultan Yogyakarta dalam hal ini menyadari pentingnya mengembalikan arti nama jalan dari Kraton sampai dengan Tugu sesuai dengan makna fiosofi aslinya. Tentu hal ini bukan bermaksud tidak menghargai nama Ahmad Yani, Trikora, dan Pangeran Mangkubumi. Namun hanya ingin menghadirkan kembali makna filosofis sebagaimana dahulu.

Ruas jalan dari Kraton menuju Tugu merupakan jalan yang harus ditempuh dalam laku spiritual menuju kesempurnaan dan pendewasaan manusia. Menurut Sultan sendiri proses ini dimulai dengan pencapaian keimanan dan ketaqwaan, yang dilakukan dengan melewati Alun-Alun Utara. Setelah itu, bisa melewati pengurakan (Jalan Trikora).

Jalan Margomulyo

Selanjutnya bisa terus ke utara melewati Jalan Margomulyo. Dengan rute ini diharapkan agar terbangun keseimbangan lahir dan batin. Kalau itu tidak bisa, kedewasaan akan lebih sulit didapatkan. Tidak akan pernah sampai Margoutomo, terlebih pal Tugu. Hanya sampai di area pasar Beringharjo yang merupakan simbol semata-mata keduniawian.

Jalan Margoutomo

Jika berhasil hingga Margomulyo dan tugu, menurut Sultan manusia akan mengerti hakikat hidup. Dengan demikian bisa terbangun sebuah peradaban manusia yang berkarakter, bukan peradaban manusia yang dibangun berdasarkan materi. Dan sebagai catatan penting adalah adanya perubahan nama jalan ini dimaksudkan tidak lain adalah untuk meneguhkan kembali semangat keistimewaan Yogya.

Jalan Margoutomo. Sumber : google.com
Jalan Margoutomo. Sumber : google.com

Selain perubahan nama pada tiga jalan tersebut, yang ternyata memiliki latar belakang yang cukup dalam berkenaan dengan manusia dan Jogja itu sendiri, masih ada beberapa perubahan nama pada beberapa jalan arteri atau sering kita sebut dengan istilah ringroad.

Perubahan Nama Jalan Arteri

Enam jalan di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang telah resmi menyandang nama baru ini bahkan diresmikan oleh 3 pemerintah daerah sekaligus yakni DIY, Jawa Barat dan Jawa Timur. Ketiga pimpinan yang dalam hal ini merepresentasikan daeraah masing-masing adalah Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan dan perwakilan dari Gubernur Jawa Timur oleh Sekda Jawa Timur Akhmad Sukardi.

Nama-nama yang digunakan dalam perubahan nama jalan ini adalah Jalan Majapahit, Padjajaran, Siliwangi, Brawijaya, Ahmad Yani dan Prof Dr Wirjono Prodjodikoro. Kesemuanya merupakan nama-nama penting setidaknya begi ketiga daerah yang mewakili peresmian.

Jalan Siliwangi

Jalan Siliwangi, dimulai dari Simpang Empat Pelemgurih, berlanjut hingga Gamping Sleman hingga Simpang Empat, Jombor, Mlati Sleman. Jalan ini sepanjang lebih kurang 8,58 km.

Jalan Padjajaran

Jalan Padjajaran. Sumber : jogja.tribunnews.com
Jalan Padjajaran. Sumber : jogja.tribunnews.com

Untuk Jalan Padjajaran, dimulai dari Simpang Empat Jombor, berlanjut Mlati hingga Simpang Tiga Maguwoharjo, Depok atau Jl Solo, Maguwoharjo. Jalan ini sepanjang kisaran 10 km.

jalan Majapahit

Jalan Majapahit sendiri dimulai dari Simpang Tiga Janti hingga Simpang Empat Jalan Wonosari, Ketandan, Banguntapan, Bantul dengan panjang jalan 3,2 km.

Jalan Ahmad yani

Selanjutnya ada Jalan Ahmad Yani, yang dimulai dari Simpang Empat Jalan Wonosari berlanjut hingga Simpang Empat Jalan Imogiri Barat (Jalimbar) sepanjang 6,5km.

jalan Prof Dr. Wirjono Prodjodikiro

Jalan Prof Dr Wirjono Prodjodikoro ini dimulai dari Jalan Imogiri Barat sampai dengan Simpang Empat Dongkelan, Jalan Bantul, sepanjang ruas 2,78 km. Nama Wirjono Prodjodikoro tidak lain adalah Ketua Mahkamah Agung (MA) periode 1952-1966.

Jalan Brawijaya

Nah, sedangkan untuk nama jalan yang terakhir yaitu Brawijaya dimulai dari Simpang Empat Dongkelan hingga Simpang Tiga Gamping, Sleman sepanjang ruas 5,86 km. (sip/sip)

Demikianlah beeberapa penamaan dan perubahan nama yang sempat dilakukan dan diwakilkan oleh pejabat daerah setempat. Mengingat latar belakang dari perubahan nama sebagaimaana telah diulas sebelumnya, memahami hal ini khususnya bagi masyarakat Jogja menjadi satu hal yang cukup penting.

Selain manfaat memahami secara pemaknaan, memahami secara teknis terkait dengan penamaan dan perubahan nama jalan menjadi pengetahuan yang akan sangat membantu Anda dalam memilih rute selama melakukan perjalanan di Jogja khususnya.

Sebagaimana pembangunan pada umumnya yang tidak bisa lepas dari jasa perusahaan konstruksi di Jakarta misalnya, pembangunan di Jogja termasuk pembangunan jalan sudah barang tentu memiliki irisan secara langsung dengan sejumlah jasa konstruksi yang ada.

Mudah-mudahan ulasan singkat kali ini bisa bermanfaat. jangan lupa share dan nantikan ulasan-ulasan menarik lainnya. Sekian dan terima kasih telah menyimak ulasan ini hingga akhir.