+62 811-258-168 noto.djogja@gmail.com

Masjid memilik peran penting bagi kaum muslimin. Selain untuk melaksanakan ibadah banyak masjid yang difungsikan sebagai fasilitas lainnya seperti untuk musyawarah, belajar hingga wisata religi dan sejarah.

Indonesia merupakan negara yang memiliki penduduk muslim mayoritas. Sehingga dengannya amat mudah ditemukannya masjid di berbagai belahan daerah. Namun tidak semua masjid dapat dijadikan tempat wisata sejarah, meskipun semua masjid tetap bisa dijadikan tempat wisata religi.

Masjid yang masuk dalam kategori tempat wisata sejarah dan religi adalah masjid yang memiliki situs tertentu, baik kisah dibaliknya ataupun karena seorang tokoh. Di Jogja sendiri ada sangat banyak masjid yang bisa dijadikan sarana wisata sejarah dan religi ada Masjid Gedhe Kauman, Masjid Gedhe Mataram hingga Masjid Sulthoni Wotgaleh.

Masjid Sulthoni Wotgaleh adalah sebuah masjid peninggalan putra raja Mataram yaitu Pangeran Purboyo I. Masjid tersebut berada di area persawahan yang dekat dengan bandar udara Adi Sucipto Jogja. Selain mudah ditemukan masjid tersebut juga memiliki akses yang mudah dijangkau oleh siapapun.

Masjid berdekatan dengan Bandara Adi Sucipto, sumber : goodnewsfromindonesia.com

Sebagai masjid yang masuk dalam cagar budaya Kabupaten Sleman. Masjid Sulthoni Wotgaleh menyimpan sejarah yang sangat disayangkan jika dilewatkan begitu saja. Jika anda berkunjung ke bangunan bersejarah satu ini maka anda akan mendapatkan dua hal sekaligus, yaitu ilmu tentang sejarah dan ketenangan hati karena religi.

Masjid hampir tidak pernah sepi dari para pengunjung. Setiap waktu dapat anda temukan orang yang berada di area masjid. Terlebih selain memiliki suasana yang rindang, keadaan motorpun juga aman karena area parkir telah diberi pelindung sehingga aman sebagaimana penggunaan kanopi dari jasa kanopi Jogja.

Sekilas Tentang Pangeran Purboyo I

Pangeran Purboyo I memiliki nama asli Jaka Umbaran. Umbaran diambil dari kata bahasa Jawa Umbar yang memiliki arti dibiarkan atau ditelantarkan. Hal tersebut karena Pangeran Purboyo kecil menurut informasi yang telah tersebut sengaja dibiarkan begitu saja oleh ayahnya tanpa diberikan perhatian sebagaimana anak pada umumnya.

Pangeran Purboyo I merupakan anak dari hasil pernikahan Sutowijoyo atau yang lebih dikenal sebagai Panembahan Senopati setelah dirinya berkuasa dengan seorang putri dari Ki Ageng Giring yang bernama Rara Lembayung. Sebuah pernikahan yang terjadi karena rasa pekewuh atau tidak enak ayahanda Panembahan Senopati kepada Ki Ageng Giring.

Dalam Babad Tanag Jawi dikisahkan bahwa suatu ketika Ki Ageng Giring menemukan buah kelapa ajaib dalam sebuah perjalanan. Kelapa tersebut dipercaya bahwa siapapun yang meminum airnya dengan sekali teguk maka orang tersebut akan menurunkan raja-raja Jawa. Tanpa disenganjan air tersebut diminum oleh sahabatnya yaitu Ki Ageng Pemanahan. Karena merasa bersalah itulah Ki Ageng Pemanahan menikahkan putranya dengan putri sahabatnya itu.

Karena dari awal pernikahan yang dijalani bukan beralaskan cinta dari mempelai, maka Panembahan Senopati meninggalkan istrinya begitu saja setelah menjadi raja. Bahkan saat itu istrinya sedang mengandung. Maka setelah Jaka Umbaran lahir dan tumbuh dewasa dirinya datang ke keraton Mataram untuk meminta pengakuan sang ayah.

Tanah di sekitar Masjid Sulthoni Wotgaleh adalah pemberian sang ayah setelah sang pangeran mendapat pengakuan. Setelah mendapatkan tanah itulah Pangeran Purboyo membangun sebuah masjid. Pada masa lalu area masjid hanya kecil yaitu berukuran 10×10 dengan dikelilingi rumah-rumah seperti kompleks pesantren.

Baca Juga : Alasan Bukit Imogiri Jogja Dipilih Menjadi Makam Raja-Raja Mataram Islam

Masjid masih ada hubungan dengan kerajaan Mataram Islam, sumber : kumparan.com

Pangeran Purboyo I selain dikenal sebagai tokoh yang agamis dan denkat dengan agama islam, juga memiliki pengaruh kepada para penjajah Belanda. Banyak pihak Belanda yang segan kepada beliau karena menganggap beliau kebal terhadap senjata apapun. Bahkan beliau mendapat julukan Sang Banteng Mataram.

Bahkan di usia senjanya beliau tetap memiliki digdaya yang tak bisa disepelekan. Dengan kemampuannya beliau membantu Amangkurat I dalam membendung pemberontakan dari Trunojoyo. Namun karena faktor usia akhirnya beliau meninggal sebagai ksatria di medan laga.

Sedangkan Wotgaleh sendiri merupakan singkatan dari kata bahasa Jawa Wot Ing Penggalih, atau jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi jembatannya hati. Jembatan untuk menuju kebersihan hati dengan terus bermuhasabah dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Sehingga dibuatlah Masjid Sulthoni sebagai sarana pendukungnya.

Masjid Pernah Renovasi

Masjid Sulthoni sebenarnya telah berdiri sejak abad ke 17 Masehi. Pada mulanya masjid berukuran kecil sebagai tempat dimana pangeran Purboyo I mendalami agama islam. Namun beriring perkembangan zaman dan bertambahnya jumlah jamaah yang beribadah disana masjid pun mengalami beberapa renovasi.

Sehingga tidak heran jika saat ini masjid tersebut telah mengalami banyak perubahan. Dari penggunaan cat yang bagus pada tembok hingga pemakaian marmer yang terawat sebagimana perawatan yang dilakukan oleh jasa poles marmer berpengalaman. Hal tersebut adalah bukti dari proses renovasi yang telah dilakukan.

Renovasi masjid pertama kali dilakukan pada tahun 1979 Masehi dengan mendapatkan bantuan 7 juta rupiah dari Bina Graha Jakarta. Namun renovasi yang pertama tersebut hanya dilakukan untuk meninggikan pintu masjid.

Masjid pernah renovasi, sumber : jogja.tribunnews.com

Renovasi kemudian dilanjutkan pada tahun 2010 Masehi dengan program utamanya pelebaran masjid. Pelebaran yang telah dilakukan pada tahun tersebut adalah pada bagian sayap selatan masjid. Dengan perubahan pertama tersebut sudah bisa mulai menampung tambahan jamaah.

Renovasi selanjutnya dilakukan pada tahun 2012 masehi. Pada tahap ini renovasi yang dilakukan semakin serius karena masjid akan dijadikan cagar budaya. Sehingga yang dilakukan adalah memperbaiki atap, perluasan masjid hingga penataan lingkungan. Semua pengerjaan ditanggung oleh Dinas Kebudayaan Kabupaten Sleman.

Dengan demikian Masjid Sulthoni menjadi seperti saat ini. Masjid bersejarah yang memiliki fasilitas yang semakin baik sehingga bisa digunakan untuk wisata religi. Jika anda berkeinginan untuk muhasabah atau menenangkan diri masjid ini adalah pilihan tepat untuk anda kunjungi.

Nah itulah sekilah tentang Masjid Sulthoni Wotgaleh yang berada di Kabupaten Sleman. Apakah anda pernah berkunjung kesana? Jika belum ada baiknya jika anda mengunjunginya agar tidak lupa dengan sejarah, khususnya sejarah yang berkaitan dengan kerajaan Mataram Islam. Pangeran Purboyo I, orang yang amat disegani oleh pihak Penjajah